Semuanya terasa
baru, saat melihat beberapa bungkusan hadiah-hadiah mu beberapa waktu yang
lalu. Masih baru, belum tersentuh dan kurasa masih dengan aroma mu yang enggan
pergi dari tumpukan barang-barang tersebut. Semuanya terasa indah.
Aku membuka
lembaran-lembaran usang yang menyimpan cerita kita. Benar-benar usang, sampai
aku harus meniupnya terlebih dahulu sebelum melihat senyumanmu. Terlihat manis
disana, cantik, dan kau terlihat bahagia. Aku melihat deretan kebersamaan kita
kala itu. Berbagai ekspresi wajah tersimpan di lembaran kertas usang yang entah
berapa lama belum kusentuh itu. Semuanya terasa indah. Senyumanmu, terasa
nyata.
Mengapa aku seperti
ini?
Mengapa aku masih
saja seperti ini?
Apa yang salah
denganku?
Aku masih ingin
memanggilmu 'sayang' tapi
sepertinya tak mungkin. Seharusnya aku berubah, aku berjanji akan berubah lebih
baik setelah ini. Aku berjanji tidak akan membiarkan air matamu terjatuh lagi.
Kau tahu, aku rindu
makan bersamamu lagi
Aku rindu menonton
film bersama lagi, melihat wajahmu dengan sejuta ekspresi saat melakukannya
Aku bahkan
merindukan suaramu
Aku merindukan
senyumanmu, suara gelak tawamu
Tapi kau tak ada
Kau tak ada sebagai
temanku melakukan hal-hal itu lagi
Kau tak ada disampingku
untuk melakukan hal itu bersama lagi
Seharusnya aku sadar
diantara kita tak ada apa-apa lagi, benar-benar tak ada apapun lagi yang
tersisa
Setiap hari, setiap
ucapanku, setiap tingkah laku ku, setiap gerakan ku. Semuanya, seakan kulakukan
bersamamu. Andai saja kita bisa melakukannya bersama lagi. Seandainya kita bisa
bersama
Mungkin aku akan
sangat senang
Lagu yang setiap hari kita dengarkan bersama, kini hanya aku yang mendengarkannya seorang diri. Berjalan-jalan ditaman, seperti yang sering kita lakukan berdua. Hari ini terasa kosong, jalan setapak ini benar-benar terasa lenggang tanpamu yang berjalan disampingku. Bahkan angin yang bertiup hari ini terasa lebih kencang daripada sebelumnya. Tentu saja tanpamu yang menggenggam erat tanganku.
Dingin...
Kosong...
Lenggang...
Hampa...
Hidupku terasa hampa
tanpamu, benar-benar kosong. Aku seperti ingin mengikutimu kesana, ke tempat
kau sekarang berada. Tetapi entahlah, aku tak bisa. Aku seperti orang bodoh
sekarang. Benar-benar bodoh. Berusaha mengejarmu, mengejar sejauh yang aku
bisa, tetapi aku seharusnya sadar bahwa pintu hatimu yang dulu terbuka lebar
kini tertutup. Pintu hatimu yang dulu terang, kini gelap.
Mengapa aku masih
disini?
Mengapa aku masih
saja tetap disini?
Apa yang salah
denganku?
Kenangan kita masih
ada disana. Masih menggantung seperti asap diatas kepalaku. Entahlah, asap itu
tak mau pergi. Aku tak tahu. Mungkin sama artinya denganmu yang tetap
menggantung disana, tak bisa pergi. Kau benar, perpisahan tak pernah
benar-benar datang kepada kita. Tetapi aku lah yang melakukan ini, melakukan
semua ini hingga membuatmu pergi dariku. Aku penyebab perpisahan ini.
Sekarang aku tahu
rasa sakitnya, aku tahu. Bagaimana sakitnya berjalan sendirian disini. Bernafas
sendirian disini. Tanpamu...
Aku mencoba
mencarimu
Aku mencoba kembali
lagi
Aku mencoba
memanggilmu kembali.
Tetapi seberapa
sulit aku mencarimu, seberapa jauh aku kembali lagi, dan seberapa keras aku
memanggilmu. Kau tak ada. Kau tak ada disana. Kau tak ada disini. Kau tak ada
dimanapun. Kau benar-benar telah pergi.
Aku sadar, kita
benar-benar tak ada apa-apa lagi...